Jakarta, CNBC Indonesia – Israel masih terus menggempur wilayah Gaza, Palestina. Ini merupakan bagian dari operasi Negeri Yahudi itu dalam menumpas milisi Hamas, yang menyerang Selatan Israel pada 7 Oktober lalu dan menewaskan 1.200 warga.
Berikut perkembangan pertempuran itu sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia, Selasa (9/1/2024):
1. Hamas Beri Pengumuman ke Negara Muslim
Hamas memberi pengumuman ke negara-negara Muslim. Ini disampaikan langsung Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Selasa (9/1/2024).
Ia meminta negara-negara Muslim pada untuk memberikan senjata kepada militan Palestina itu., Saat ini perang kelompok tersebut dengan Israel berkecamuk di Jalur Gaza.
“Kami melihat negara-negara di dunia menuangkan senjata ke dalam pendudukan (Israel)… Waktunya telah tiba (bagi negara-negara Muslim) untuk mendukung perlawanan dengan senjata,” tegasnya dikutip AFP.
“Karena ini… bukan pertempuran rakyat Palestina saja,” kata Haniyeh dalam pidatonya di Doha, Qatar.
2. Iran Warning Kapal Perang AS
Iran akhirnya secara resmi buka suara terkait ketegangan di Laut Merah yang mendorong rivalnya, Amerika Serikat (AS), mengirimkan armada tempurnya ke wilayah itu. Ini dituliskan langsung dalam rilis resmi Perwakilan Iran di PBB, Selasa.
Dalam surat itu, Teheran mengatakan bahwa pihaknya mengeluarkan peringatan keras terhadap tindakan AS yang dapat membahayakan perdamaian regional. Negeri Persia memperingatkan terhadap upaya mengalihkan perhatian dari akar penyebab situasi Laut Merah saat ini.
“Tujuan AS dan Israel dalam menuding Iran di kasus ketegangan Laut Merah memiliki tujuan yang jelas: untuk mengalihkan perhatian dunia dari serangan barbar yang dilakukan Israel yang disokong AS terhadap warga sipil di Jalur Gaza dan Tepi Barat,” tulis surat itu dikutip dari laman X resmi Perwakilan Iran di PBB.
Sebelumnya, AS menuding Iran terlibat dalam eskalasi di Laut Merah. Eskalasi ini sendiri timbul dari serangan kelompok penguasa Yaman yang disokong Iran, Houthi, terhadap kapal-kapal dagang yang terkait dengan Israel di perairan itu, sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.
Washington sendiri telah mengirimkan armada tempur untuk menangkal serangan Houthi. Bahkan, militer AS juga menembaki anggota kelompok itu hingga tewas saat ingin menaiki kapal Maersk Hangzhou milik raksasa perkapalan Denmark, Maersk.
Iran, di sisi lain, telah mengirimkan sebuah kapal perang penghancur Alborz ke wilayah itu pasca turunnya armada AS di Laut Merah. Mengutip laporan Mehr News Agency, kapal perang yang masuk ke perairan itu bernama Alborz, Kapal itu merupakan bagian dari Grup 94 yang dilengkapi dengan rudal jelajah jarak jauh.
3. Harga Minyak Bisa Naik 2 Kali Lipat
Serangan Israel ke wilayah Gaza, Palestina, untuk menyerang milisi Hamas terus menimbulkan ancaman baru bagi dunia. Ini disebabkan efek kolateral yang terjadi pasca konfrontasi mematikan itu.
Hamas tergabung dalam sebuah pakta yang disebut dengan Aliansi Perlawanan yang disokong Iran. Selain Hamas, ada juga kelompok Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, serta beberapa milisi sokongan Teheran di Suriah dan Irak yang masuk dalam aliansi itu.
Eskalasi kemudian memuncak dengan adanya serangan-serangan yang juga dilakukan oleh Hizbullah dan Houthi ke pihak Israel. Hizbullah diketahui telah meluncurkan roket ke Negeri Yahudi itu semata-mata untuk memaksa Tel Aviv menghentikan serangannya ke Gaza, wilayah Palestina yang dikuasai Hamas.
Dari Selatan, Houthi melancarkan serangan ke beberapa kapal dagang yang diduga memiliki kaitan dengan Israel yang melintasi Laut Merah. Ini merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina dalam pertempuran Tel Aviv melawan Hamas di Gaza.
Hal ini pun telah menimbulkan efek global. Ini disebabkan strategisnya Timur Tengah di panggung perdagangan internasional global, dengan wilayah itu dikenal sebagai pusat produksi migas dunia.
Dalam sebuah wawancara, kepala divisi perminyakan Goldman Sachs, Daan Struyven, mengungkapkan adanya ancaman bahwa harga minyak akan meningkat dua kali lipat. Ia menyebut ini bisa terjadi bila Houthi memulai serangan di Selat Hormuz, yang merupakan pintu masuk ke Dunia Arab melalui Teluk Persia.
“Laut Merah adalah jalur transit dan gangguan berkepanjangan di sana, harga minyak bisa tiga atau empat dolar lebih tinggi,” pungkasnya dikutip Oil Price.
“Namun jika terjadi gangguan di Selat Hormuz selama sebulan, harga (minyak) akan naik sebesar 20% dan bahkan bisa berlipat ganda jika gangguan di sana berlangsung lebih lama.”
4. Hizbullah Balas Dendam ke Israel
Drone Hizbullah menargetkan pusat komando militer di Israel Utara pada Selasa. Ini merupakan tanggapan atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas dan seorang komandan Hizbullah.
Kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “sejumlah” serangan drone menargetkan pusat komando di Safed. Ini disebut serangan terdalam Hizbullah ke dalam Israel.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengkonfirmasi bahwa satu pesawat musuh jatuh di pangkalan IDF di Israel utara. Tetapi, pihaknya mengatakan tidak ada korban cedera atau kerusakan yang dilaporkan.
“Pencegat diluncurkan ke arah pesawat musuh lainnya,” kata IDF.
5. Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Lagi-Lagi ke Israel
Menlu AS Antony Blinken saat ini bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv. Menurut pernyataan dari Kantor Pers Pemerintah Israel, pertemuan tersebut berlangsung di kantor Netanyahu di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv.
“Menteri Luar Negeri AS akan menghadiri pertemuan panjang kabinet perang Israel pada hari ini,” menurut pernyataan itu.
6. Korut “Bantu” Hamas
Militan Palestina Hamas menggunakan senjata Korut dalam menyerang Israel. Ini disampaikan agen mata-mata Korea Selatan (Korsel).
Badan Intelijen Nasional (NIS) Korsel mengkonfirmasi laporan Voice of America bahwa pejuang Hamas menggunakan peluncur granat berpeluncur roket F-7 buatan Pyongyang. Ini juga dikonfirmasi CNN International.
“Sebuah foto dalam laporan VOA, yang pertama kali diterbitkan di layanan Korea, menunjukkan bagian tengah roket yang digunakan pada F-7,” kata NIS.
7. Biden Sebut Bujuk Israel Keluar Gaza
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Senin waktu AS, bahwa pihaknya telah berupaya membujuk pemerintah Israel untuk mengurangi atau “secara signifikan keluar dari Gaza.” Hal ini ia datakan di acara kampanye di Gereja Episkopal Metodis Afrika Emanuel di Carolina Selatan, senaat setelah disela oleh pengunjuk rasa yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
“Jika Anda benar-benar peduli dengan nyawa yang hilang di sini, Anda harus menghormati nyawa yang hilang dan menyerukan gencatan senjata di Palestina,” teriak seorang pengunjuk rasa kepada Biden.
Biden mengakui argumen tersebut. Ia menyebut pemerintahannya telah berhasil mengurangi eskalasi di Gaza.
“Saya memahami semangatnya dan saya diam-diam telah bekerja sama dengan pemerintah Israel untuk melakukan pengurangan secara signifikan dan keluar dari Gaza,” paparnya. https://lokeberhasilan.com/